Bagaimana tidak fenomenal, Bangket 'merebut' nyaris seluruh waktuku sejak sebelum Lebaran. Hitung sendiri, hampir 3 bulan! Omongan Bangket ada mulai dari persiapan Lebaran. Mbak Nadrah, bakers dan guru yang memproduksi Bangket untuk jualannya di musim Lebaran. Orang - orang yang pernah jatuh cinta pada Bangket Kacang dan Bangket Susu karyanya, lantas berbicara banyak. Bahwa rasa bangket ini, memang fenomenal. Lumer, dan eksotis.
Niscaya, perhatianku tersedot kesana. Apalagi, pernah tinggal di kampung mertua membuatku mengingat betapa eksotisnya Bangket ini pernah menemaniku di sepanjang jalan di atas gerbong penuh sesak manusia. Musim Lebaran membuatnya penuh berjejal umat. Karena tidak kedapatan bangku, terpaksa aku berdiri sepanjang 3 jam perjalanan, di atas gerbong kereta api penuh sesak pengap penuh peluh, sambil memeluk satu (1) blek (kaleng) penuh Kue Bangket!!.. Hahhaa... jadi siapa yang bisa menyangkal bahwa Bangket ini begitu istimewa buatku.
Obrolan tentang Bangket bersama beberapa home baker via jejaring sosial twitter membuahkan suatu perjanjian, kita harus bikin Bangket Week! Demi satu cita - cita luhur, menduniakan Bangket!!! Lantas mulailah invasi virus Bangket meraja lela. Mbak Riana sang komporwati, mulai menebar mesiu di milis NCC, lantas dikobarkan oleh yang lain dan secara 'semena-mena' (hahhaha...) menunjukku bersama dengan Mom Elly dan Camelia menjadi host event online Bangket Week NCC. Hehheee, makin menjadi lah duniaku penuh dengan Bangket!
Nah, di lain cerita aku tuh tertarik untuk ndaftar jadi anggota KBB (Klub Berani Baking). Bukan kurang kerjaan, cuma kayanya seru aja kita eksis di mana-mana...*halahhh. Hihihiihii, nggak sih.. kulihat tantangan demi tantangan KBB bikin kita bisa belajar banyak hal yang baru. Selain idealisme tentang ingin menambah wawsan dan teman - teman baru pastinya... hhehee. Sang founder KBB, Arfi Binsted juga termasuk beberapa foodie blogger yang heboh ikut bicara tentang Bangket di Twitter. Dan dia juga ikut membubuhkan noktah perjanjian tentang event Bangket untuk tantangan di KBB. Dan, seperti telah ditebak oleh ahli nujum... aku harus laporan Bangkket untuk tantangan pracoba sebagai calon anggota KBB.Yiihaaa...
Rutinitas bakulan, oderan demi orderan, tugas posting setoran Bangket Week NCC, membuat waktu bergulir sedemikian cepat. Sampai akhirnya selesailah Event Bangket Week, dan semakin dekatlah deadline setoran KBB. Padahal membuat Bangket ini, sudah agak lama. jauh - jauh hari. Cuma ketatnya jadwal dan bla bla bla lainya, baru deh kesampaian untuk mendongeng Cerita Bangket kali ini.
Sebagai host Bangket, melihat berseliwerannya resep -resep Bangket malah bikin bingung sendiri. Makin hari member yang setor makin kreatif, host makin mati gaya. Padahal kepengen banget ngerasain bikin Bangket Kampung yang pernah aku rasain di kampung mertua. Tapi resep yang diminta tak kunjung tiba. Resep hadir malah setelah aku membuat Bangket resep yang lain. Berikut ini adalah resep dari mertua, yang sayangnya terlambat datang...
KUE BANGKET
versi mertua
Bahan: 10 gelas tepung shanghai,1,5 gelas tepung roti/gandum, 5,5 gelas tepung gula/gula halus, 5 btr kelapa, 15 btr telur ayam kampung,
PENGOLAHAN : Kelapa yg sudah dikukur diperas tanpa air,diambil sari patinya,dididihkan,didinginkan selama 3 jam,telur ayam dikocok sampe kembang,tepung shanghai,roti,gula dicampur diaduk hingga rata,kemudian dimasukkan telur yg sudah dikocok tadi bersama santan,diaduk hingga merata,sampe jadi adonan,kemudianadonan diambil sedikit2 ditumbuk dalam lesung kayu hingga putih warnanya,kemudian siap dicetak lalu dibakar dlm oven dengan suhu 180° c sampai kering.
Dikarenakan , keterlambatan datangnya resep, aku memutuskan membuat Kue Bangket yang secara penampilan hampir mirip dengan Kue Bangket versi mertua. Kebetulan ada yang setor untuk Bangket Week NCC. Resep ini diambil dari Blog Baking Mum
KUE BANGKET
Bahan:
300 gr tepung kanji / sago
3-4 daun pandan
3-4 daun pandan
20 gr margarine atau mentega
1 kuning telur
120 gr tepung gula
120 gr santan
1/4 sdt bubuk vanila
1 kuning telur
120 gr tepung gula
120 gr santan
1/4 sdt bubuk vanila
Cara membuat:
- Sangrai tepung kanji dan daun pandan dengan api kecil, sambil diaduk-aduk hingga tepung harum dan ringan. Angkat, dinginkan dan simpan. Untuk hasil yang bagus, gunakan setelah sehari atau dua hari pendinginan.
- Panaskan oven dengan suhu 170C.
- Saring tepung kanji/sago yang telah disangrai, tepung gula dan bubuk vanila. Masukkan margarine/mentega.
- Kocok ringan kuning telur dengan santan (sedikit demi sedikit) sampai menyatu. Masukkan ke dalam campuran tepung. Jika adonan masih kering, bisa ditambahkan santan sedikit demi sedikit, diaduk sampai bisa mudah dibentuk.
- Gilas adonan setebal ½ cm (jika takut lengket bisa dibantu dengan plastik). Cetak dengan bentuk bunga dan permukaannya tusuk dengan gerigi penjepit atau garpu.
- Letakkan di atas loyang yang sudah diolesi mentega ato kertas roti.
- Panggang selama 15 menit atau matang (jangan terlalu coklat).
- Angkat dan dinginkan. Simpan dalam wadah kedap udara.
Tepung sagu kusangrai di pagi hari (sebenernya suruhan asisten, hehhehe), lalu kudiamkan hingga sore. Untuk santan, menyesuaikan dengan cerita mertua bahwa Kue Bangket ini menggunakan pati santan, yaitu sari santan itu sendiri tanpa tambahan air sedikitpun. Dari 1 butir kelapa ukuran sedang aku dapat pati santan sekitar 200ml. Aku masak dulu dengan tambahan daun pandanhingga mendidih, lalu dibiarkan dingin. baru kemudian ditimbangsesuai resep. Simpan dulu sisa santan, mana tahu adonan kurang bisa dipulung karena telalu kering.
Santan dan telur dikocok ringan saja , kemudian masukkan campuran tepung sagu dan gula baru kemudian masukkan margarine. Karena aku pakai ekstrak vanilli , maka aku masukkan ekstrak ini bersamaan dengan pengocokan santan dan telur. Adonan dicampur menjadi satu hingga membnetuk adonan yang bisa dipulung. Kalau dari resep belum mendapatkan adonan yang dimaksud, bisa tambahkan sedikit santan.
Adonan digilas hingga ketebalan 3-5 mm kemudian cetak bentuk bunga. Beri aksen gerigi di atasnya dengan menggunakan garpu atau alat lainnya. Kemudian panggang di oven sesuai petunjuk resep. Aku baru mengeluaran Bangket dari oven setelah permukaan bawah Kue Bangket ini terlihat coklat. Bahkan di 5 menit terakhir api atas oven kunyalakan jadi bagian atasnya pun ikut berwarna semburat kecoklatan.
Nggak sabar rasanya pengen langsung ngunyah, hehhehee. Nunggu sedikit dingin, langsung kraaaukk. dan wooww, hampir mirip seperti yang kumau. Nyaris sama rasanya dengan Kue Banget versi mertua. Hanya saja teksturnyan kurang halus. Cukup ngepruul sih, lumer juga di mulut. Apa itu ya fungsinya di resep mertua adonan ditumbuk di lesung terlebih dahulu? Kayanya kapan - kapan mesti dicoba nih. Penasaran!
Selai Kue Bangket tadi, aku penasaran mencoba Bangket Jahe yang di posting oleh Rosdaniar. Bangket Jahe ini membuat Riana dan Arfi tergila - gila histeris saking enaknya.Mumpung ada waktu, aku cobain juga deh nih.(cari gara-gara, laporan jadi moloor..hihihihi).
Bangket Jahe
by Rosdaniar
Bahan :
500 gr tepung sagu
300 gr butter/margarine
100 gr tepung terigu
50 gr maizena
200 gr gula palem
200 gr gula pasir halus
2 kuning telur
1 putih telur
50 gr susu bubuk full cream
50 gr kelapa parut yg disangrai sampaikecoklatan, dan diblender halus
75 gr jahe yg diparut
3 sdt bumbu spekuk
wijen untuk taburan secukupnya
Cara Membuat :
1. Kocok Butter / margarine dengan gula palm dan dan gula putih sampai sedikit mengembang
2. Tambahkan telur, kocok bentar
3. Tambahkan jahe parut, dan kelapa sangrai aduk merata dengan spatula
4. Tambahkan bumbu spekuk
5. Tambahkan susu bubuk, tepung sagu, terigu dan maizena sedikit demi sedikit sampai merata
6. cetak sesuai selera, taburi wijen diatasnya
7. Bakar dengan suhu oven 170 derajat sampai matang
Aku buat setengah resep saja, karena waktu membuatnya mepet dengan kerjaan lain (salah sendiri..hehhehe). Lalu pas cek lemari bahan, ternyata margarine kepake sama asisten yang membuat risoles, yang ada hanya butter..aahh..kan sayang. Jadi deh diganti santan instan aja. (hihiiii.. tetep ya pelit). Santan instan yang dipakai tetap sama beratnya sesuai dengan berat margarine yang ada di resep.
Lalu, kelapa parut yang sudah disangrai, tidak aku blender. Mau tahu kaya apa rasanya krenyes-krenyes si kelapa. Karena susah juga membagi putih telur (di resep kan 1 putih telur, kalau setengah resep harusnya setngah putih telur), aku semuakan deh tuh.
Mungkin karena aku pakai santan bukan margarine, dan putih telurnya aku masukkan semua. adonannya tidak sepadat Kue Bangket. jadi mesti aku spuit. Hasil pertama, mblebeeer!! Jiahhaaa, kayanya kelamaan ngocok telurnya, ditinggal sembari ngurusin Ndaru dulu minta susunin pinsil warnanya. Jadilah dispuit agak munjung ke atas, biar hasilnya nggak terlalu mbleber lagi.
Bangket Jahe 'rada gagal' ini rasanya memang sungguh nikmeh lho. Dan tercapai juga keinginanku merasakan krenyes-krenyes parutan kelapanya. Rasa jahenya juga cukup menohok. Surga kayanya nih buat pecinta Jahe.Teksturnya beremah, namun lumer di mulut. Mmhhmm...nikmeh..nikmeh...
Seriring berakhirnya event Bangket, rasanya jiwa ini penuh dengan rasa Bangket. Sudah mencoba membuat Kue Bangket yang mirip versi mertua, ditambah dengan hangatnya rasa jahe di setiap gigitan Bangket Jahe. Bangket sungguh memang menyita pikiranku. Bukan hanya mereka yang jatuh cinta, aku juga: tergila - gila!!!