Perjalanan mudik saya kali ini memang sengaja saya niatkan mencari makanan khas yang enak sepanjang perjalanan saya dari Medan ke Rantau Prapat.
Dari Jakarta ke Medan kami naik pesawat, lalu dilanjutkan dengan perjalanan naik Kereta Api menuju Rantau Prapat. Jarak Medan - Rantau Prapat kurang lebih 270km, ditempuh selama 6-7 jam perjalanan. Sepanjang jalan kami ditemani pemandangan perkebunan Sawit dan Karet.
Setelah berangkat dari stasiun Medan , lalu melewati stasiun Lubuk Pakam lalu lanjut lagi menuju stasiun Tebing Tinggi. Di sini , sengaja kami beli jajanan yang selalu ditawarkan pedagang asongan di stasiun yaitu Pocal.
Pocal itu ya Pecel di Jawa, sama saja. Kacang ditumbuk dengan bumbu kencur dan gula merah serta cabe, lalu dicairkan. Tersaji dalam kemasan pincukan, dimakan dengan tambahan lauk Sate Kerang. Sebenarnya, rasanya biasa saja, hanya saja menikmati sepincuk pecal di perjalanan ini menjadi keistimewaan tersendiri, setidaknya bagi saya, hehheee.
Tiba di Rantau Prapat, saya khusus meminta tolong Mertua membuatkan Anyang Ayam. Anyang Ayam adalah makanan khas Mandailing. Bumbunya menggunakan kelapa sangrai yang ditumbuk ditambah bumbu-bumbu lainnya lalu disiram dengan santan matang. Sebelumnya ayam dibakar dahulu baru dipotong kecil-kecil.
Anyang Ayam kali ini disajikan bersama dengan Pakat. Pakat adalah batang Rotan muda. Sebelum dikupas dari kulit luarnya, Pakat dibakar terlebih dahulu. Pakat banyak ditemui terutama saat bulan Puasa. Dimakan dengan bumbu Anyang atau Urap. Rasanya pahit, tapi banyak orang menikmatinya.
Di Rumah Mertua, saya kebetulan ketemu kue kering
jadul kegemaran saya:
Kue Bangket. Haduuuh senangnya hati, karena di Jakarta saya belum menemukan Bangket yang rasanya seenak Bangket
Kampung ini. Bertanya pada mertua, katanya rahasia keenakan Bangket ada pada saat adonan diuleni, menggunakan pati santan asli dan adonannya dibungkus daun keladi. Namun sayang Mertua tidak menjelaskan secara rinci apa fungsi daun keladi ini.Katanya sih biar enaaak, hehheee. Ya sudahlah, yang penting saya bisa krauk - krauk mengunyah Bangket ini dengan lahap. :P
Di suatu malam, kami berjalan - jalan di pusat kota Rantau Prapat. Ada pusat jajanan malam di jalan Veteran. Rata - rata penjualnya dengan gerobak., berkumpul berjejer sepanjang jalan. Malam itu saya memilih Mie Rebus, Sate Kerang dan Kerang Rebus.
Mie Rebus di sini tidak sama dengan Mie Rebus Jawa yang kuahnya hanya berbumbu bawang putih dan kemiri. Mie Rebus ini kuahnya kental, memang diberi tepung sagu sebagai pengental. Rasa kuah terasa penuh rempah. Selain mie basah, terdapat tahu, taoge, telur rebus dan udang kering sebagai pelengkap. Dilahap saat masih panas.. Duuh, sungguh nikmat. Nanti, saya akan cerita tentang Mie Rebus di tempat yang lain.
Di daerah Rantau Prapat ini, Sate Kerang disajikan dengan variasi bumbu. Bumbu dasarnya adalah bumbu rendang. Namun ada yang menyajikannya dengan masih basah, ada yang dengan bumbu kering dan dibalur kelapa yang sudah disangrai dan ditumbuk. Dan sate kerang dengan bumbu kering ini yang paling saya suka, :P
Setelah menghabiskan waktu beberapa hari di Rantau Prapat, kami kembali ke Medan menggunakan mobil. Kami sempat mampir di kota Kisaran, tadinya untuk makan siang. Tapi ternyata warung makan yang kami tuju tutup. Jadilah mertua saya mengajak kami menyantap Mie Rebus langganan beliau sejak dulu ketika tinggal di Kisaran. Mie Rebus kali ini jauh lebih terasa berbumbu dibanding yang saya santap malam hari di Veteran - Rantau Prapat. Kuah lebih coklat, jauh lebih nikmat.
Perjalanan kami lanjutkan lagi. Setelah melewati kecamatan Limapuluh, tepatnya di Kecamatan Indrapura kami berhenti untuk makan (lagi!!, hihihi). Kali ini kami makan di Rumah Makan 100, diberi nama demikian karena jarak Rumah Makan ini dari Medan adalah tepat 100 KM. terletak di pinggiran Sungai, RM 100 berkonsepkan makan di alam terbuka. Siang itu kami menyantap Anyang Pakis dan Tofu Taoco. Anyang Pakisnya dasyaaat, enak sekali!
Selanjutnya, di kota Tebing Tinggi kami singgah di pusat jajanan yang menjajakan Lemang.
Lemang merupakan makanan dari beras ketan yang dimasak dalam seruas bambu, setelah sebelumnya digulung dengan selembar daun pisang. Gulungan daun bambu berisi tepung beras bercampur santan kelapa ini kemudian dimasukkan ke dalam seruas bambu lalu dibakar sampai matang di atas tungku panjang. Lemang lebih nikmat disantap hangat-hangat, dengan campuran selai bahkan durian.
Pusat penjualan lemang di Tebing Tinggi adalah di seruas jalan bernama Jl. KH Dahlan berseberangan dengan Masjid Raya Tebing Tinggi, masyarakat lebih mengenalnya sebagai Jalan Tjong Afie. Lemang yang paling terkenal adalah Lemang Batok.
Lemang produksi kota Tebing Tinggi sangat terkenal lezat dan lemak. Karena kelezatannya itulah kota Tebing Tinggi juga dijuluki sebagai Kota Lemang. (sumber: Wikipedia )
Lemang batok ini legit sekali. Nikmat dimakan selagi hangat, dengan cocolan selai Sarikaya, Tape Ketan atau Bumbu Rendang. Lupa mertua lah kalo lagi makan Lemang, hihihihihi...
Sesampainya di Medan kami beristirahat, dan esoknya melanjutkan lagi perjalanan ke Langkat dimana keluarga suami banyak tinggal. Seharian itu kami tidak berwisata kuliner khusus. Di Medan, kebetulan di rumah teman tempat kami menginap ada sajian Roti Jala dan Pulut Inti.
Pulut = Ketan. Kali ini , saya makan Pulut Inti. Pulut diberi pewarna kunyit. Intinya dengan gula merah, legit sekali. Roti jala adonannya mirip adonan untuk membuat kulit dadar. Hanya saat membuatnya ada cetakan khusus, seperti gayung yang diberi corong berlubang-lubang, sehingga saat membuatnya akan jadi seperti jalinan jala. dimakan dengan Kari kambing, atau Kari lainnya ditambah kondimen acar timun + nanas. Jangan tanya soal rasa, top markotop!
Lalu, esok paginya kami makan pagi di Soto Sinar Pagi, jalan Sei Deli - Medan. Soto ini sudah sangat terkenal. Belum ke Medan namanya kalau belum makan di warung ini. Kami datang pukul 09.00 wib, warung masih ramai pengunjung. Pelayan sigap melayani. Terdapat berbagai macam menu Soto dan Sop.
Soto yang dihidangkan , khas Soto Medan yakni bersantan dan kaya akan rempah. Enak, dimakan hangat bersama dengan nasi putih. Suasana warung yang selalu ramai menjadi penambah semarak suasana makan di warung ini.
Makan siang nya kami sengaja mencari yang istimewa. Menjadi tujuan utama kami berkunjung : Dim Sum Nelayan. Letaknya di dalam Sun Plaza, tepatnya di lantai III. Rasa dimsum disini begitu istimewa.Bahkan kami tidak memesan makanan utamanya, cukuplah dimsum saja ditambah dessertnya yang terkenal : Pancake Durian. Rasanya sudah sangat sempurna.
Waktu yang sempit tidak memungkinkan kami menjelajah lebih banyak ragam kuliner di Medan, tebing Tinggi, Kisaran dan Rantau Prapat. Semoga umur panjang, sehat badan dan ringan langkah, saya punya peluang untuk ber'jalan' lebih jauh lagi.
artikel ini juga bisa di baca di sini